Mengambil berbagai pelajaran berharga di Buku
#PenjajaceritaCinta karya Pak @edi_akhiles
·
Judul :
Penjaja Cerita Cinta
·
Penulis : @edi_akhiles
·
Penerbit :
DIVA Press, Yogyakarta
·
Cetakan : 1, Desember 2013
·
Tebal : 192 Halaman
·
Tanggal terbit : Desember,
2013
·
ISBN : 978-602-255-397-7
“Assalamuallaikum Wr.Wb”
“Jika ada sesuatu yang
bisa melekat sedemikian pepatnya hingga tak ada seutas detik pun yang sanggup
melepaskannya dari denyut jiwa manusia, pastilah itu sebuah kenangan. Bukankah
semakin memberontaki kenangan justru ia akan menyelinap tak terbendung ke
ruang-ruang terdalam jiwa?” (hal: 36)
Kalimat diatas merupakan salah satu kalimat
indah nan penuh keberagaman sastra dari beberapa cerpen di dalam Buku Penjaja
Cerita Cinta karya Bpk. Edi Mulyono (@edi_akhiles).
Sosok pak Edi Mulyono atau Edi AH Iyubenu
(nama pena beliau), merupakan pribadi yang gila nulis cerpen dan sudah giat
menulis fiksi sejak tahun 1995 (wah masih didalam kandungan tuh saya). Pak edi
ini merupakan sosok motivasi saya dalam menulis. Saya ingin seperti dia yang
tak pernah lelah menulis cerpen walaupun terkadang nulis satu cerpen saja saya
udah cengap-cengap.. tapi ini pak Edi sudah menulis hingga 700-an cerpen loh,
wow banget kan.. Pak Edi juga merupakan pemilik bisnis publishing yang dikenal
dengan nama “DIVA Press Group”, sambil memimpin DIVA Press beliau juga mengasuh
#KampusFiksi yang membimbing anak-anak muda yang serius menulis dan menerbitkan
novelnya.
Buku Penjaja Cerita Cinta ini memuat 15 cerpen + 1 bonus Tips Menulis dari pak
Edi. Saat saya memulai membaca cerpen pertama di dalam buku ini yang berjudul
“Penjaja Cerita Cinta” jujur saya banyak mengalami kesulitan untuk memahami
inti cerita dari cerpen tersebut, dan bahkan saya harus membacanya
berulang-ulang kali supaya saya benar-benar paham akan inti cerita cerpen
tersebut. Ett, tapi bukan karna ceritanya tidak jelas ya. Bukan! Saya merasa
kesulitan membaca cerpen tersebut karna saya masih merasa asing dengan cerita
yang mengandung banyak keberagaman sastra di dalamnya. Tapi satu hal yang patut
saya acungi jempol dari cerpen ini. Cerpen ini mampu membuat saya sebagai
pembacanya terkagum-kagum dengan keberagaman sastra didalamnya yang begitu kompleks.
Saya juga jadi memiliki banyak contoh pemilihan diksi didalam suatu kalimat.
Dan saya menjamin, bagi kalian yang membaca cerpen ini secara main-main atau
tidak serius dalam memahami setiap kalimat-kalimat dalam cerpen ini, kalian
tidak akan mengerti inti cerita keseluruhannya dan melewatkan begitu banyak
pelajaran berharga dalam pemilihan diksi dalam penulisan karya fiksi..
Beberapa
kali ekpresi wajahnya saya berubah seketika membaca buku ini. Terkadang saya
tersenyum, trus mendadak jadi diam, lalu saya tertawa dan kemudian termenung. Kisah-kisah
didalamnya sangat tak terduga..
Cerpen di dalam buku ini sangat beragam
temanya, ada kisah yang bertema romantik, sedih, bahkan komedi. Dan beberapa
cerpen di dalamnya mungkin merupakan kisah nyata dari sang penulisnya. Nah dari
masing-masing cerpen di dalamnya saya akan kasih bocoran sedikit tentang isi
ceritanya. Dimulai dari cerpen pertama yang merupakan judul pada cover buku
ini, yaitu :
1.
Penjaja Cerita Cinta
(Kesetiaan, Rindu, Perpisahan, dan Kenangan).
“Setiap usai membunuh
senja di pesisir teluk yang selalu membuatnya murung, Senja masuk ke dalam
biliknya yang temaram..” (hal: 16)
Cerpen ini bercerita tentang
seorang pria yang merupakan penjaja cerita yang diminta menceritakan satu
cerita cinta kepada nyonya srintil pemilik rumah dengan suasana kerajaan
klasik. Cerita dalam cerpen ini begitu tak terduga dan kita akan terhanyut
dalam setiap kisah yang dibawakan si tokoh dalam cerita. Mulai dari Kesetiaan
lalu Rindu kemudian Perpisahan dan berakhir dengan sebuah kenangan. Pak edi
mampu membuat pembacanya mengeksplor imajinasinya tentang isi cerita
didalamnya.
2. Love Is Ketek.
Parmini, Parmini, masak gara-gara gue
ngasih tau dengan niat baik baik nan penuh cinta, kalo di keteknya ada selembar
bulu, keriting lagi, putih lagi, dia ngamuk!
Kalimat “oke, fine!” bagi Parmini, adalah
perang! Bubar, jika perlu! Busyet, bubar
gara-gara ketek! (Hal: 47)
Plakkk (tepok jidat)...
Gila
ceritanya gokil banget, paragraf awalnya saja udah bikin nyengir. Ini kisah
nyata banget nih buat anak muda zaman sekarang. Jadi ceritanya si cowok dalam
cerita ini negur pacarnya dan alhasil ceweknya marah trus ngambek dan akhirnya
nangis. Bisa jadi pelajaran juga sih buat cowok-cowok yang mau negur pacarnya
supaya gak asal ngomong, dan liat situasi dulu perasaan ceweknya lagi labil
gak, atau bisa baik-baikin si cewek dulu trus baru deh ditegur.. #ehh
3. Cinta Yang Tak Berkata-kata.
Jika aku diminta memilih..
Aku akan lebih suka memilih cinta yang
tanpa berkata-kata namun nyata dibanding cinta yang penuh kata tapi tidak
nyata..
(Hal:
59)
Kalo
boleh curhat sedikit, dulu teman saya juga pernah nih ngalamin cerita kaya gini,
dan ending ceritanya mereka berpisah. Hiks..
Di
cerpen ini menceritakan tokoh utama seorang cewek yang menginginkan bukti
sebuah cinta yang nyata bukan cinta yang hanya sekedar kata-kata. Well, saya
setuju banget dengan si cewek, karna saya sebagai cewek juga menginginkan cinta
yang nyata bukan kata-kata..
Diakhir
cerita ini si cowok bilang kalau ia ingin membelikan sebuah pulau, lalu
membangun villa dengan taman bunga mawar dan All New Jazz RS untuk si cewek.
Disitu saya sempat berfikir sebenarnya ini hanya sebuah candaan belaka atau
keinginan si cowok. Entahlah, mungkin pak Edi ingin kita sendiri yang
menentukannya. Tapi itu bukanlah keinginan si cewek karna ia hanya ingin
diperlakukan sebagai kekasih yang nyata, bukan sekedar puisi cinta yang sekedar kata-kata belaka. (love this story..)
4. Dijual Murah Surga Seisinya.
“Mau dijual berapa tuh rahasia masuk
surganya..?”
“Jangan bilang dijual dong!”
“Terus kok nawarin?”
(Hal:
66)
Saya
rasa ini merupakan kisah nyata dari pak Edi.. (bener kan pak?). liat deh judul
cerpen ini. Memang surga murah? Ah yang bener, masa surga dijual? Dari pada
banyak nanya ini itu mending baca deh cerpen ini, kalian pasti bakal dapet
jawabannya..
Intinya
sih cerpen ini membuat kita sadar bahwa bersedekah bisa menjadi tabungan kita
disurga nanti, walau kadang buat bersedekah aja kita masih kebanyakan mikir
ini,itu. (siapa sih yang gak masuk surga? Saya aja ngarep banget..)
5. Menggambar Tubuh Mama.
Kupeluk gambar tubuh mama, seperti biasa. Tapi, malam ini
tak kudapatkan kehangatan apapun dari gambar tubuh mama. Dingin. Tak bergerak,
tak membalas pelukku.. (Hal: 79)
Paragraf
pertamanya membuat saya merinding dan lirih. Entah mengapa saya langsung bisa
memberi bayangan tentang kepala ibu dari bocah itu yang dipenggal. Ngilu..
Kasihan
sekali bocah itu, saya jadi merenung.. bagaimana kalau saya yang jadi bocah
itu? Apakah saya bisa kuat melihat ibu saya dipenggal? Sungguh itu membuat saya
jadi memikirkan ibu saya.. ( ah emak i loph u)..
Ceritanya
begitu menyentuh, tapi akhir ceritanya masih membuat saya penasaran. Saya masih
menginginkan membaca bagaimana cerita ini berlanjut, ah pak Edi tolong berikan kelanjutan dari kisah ini...
6. Secangkir Kopi Untuk Tuhan (In Memoriam 58 Super Sic).
Dalam resah berdurasi hampir satu jam itu, semua galau
menunggu apa yang akan terjadi kemudian. Sebagian kian tak sabar menunggu mulai
berteriak. Sebagian lain melempar botol, kaleng, dan sampah ke trek sirkuit. (Hal:
83)
Apa
hubungannya Kopi dengan Trek Sirkuit? Penasaran? Yuk dibaca bukunya..
Cerpen
ini bercerita tentang berdukanya si penulis dengan kematian pembalap penuh kejutan “Marco Simoncelli”. Jadi tuh pak Edi masih belum terima gitu dengan
kematian marco, dan alhasil ia khilaf dengan memarahi Tuhan. Nah trus apa
hubungannya sama Kopi Untuk Tuhan? (udah beli aja bukunya trus baca deh
ceritanya ntar juga ngerti kok.. hehe)
7. Tak Tunggu Balimu.
Ku
harap dirimu mengerti diriku tak mungkin kita terus begini..
Anggap
saja semua itu sebagai mimpi tidurmu (emoh ah..)
Lupakan masa lalu dari semua kenanganmu..
Yang
lalu biarlah berlalu.. (Hal : 94)
Cerpen ini berisi pembelaan pak edi terhadap musik dangdut
koplo kesukaannya. Tapi, jujur saya masih tidak mengerti dengan inti ceritanya.
Siapa itu Ricoeur? Apa itu kata-kata Ricoeur? Dan apa hubungannya lagu “tak
tunggu balimu” dengan falsafat Ricoeur? Itu membuat saya bingung. (Maaf ya pak
edi saya memang minim informasi :( ).
8. Cinta Cantik.
Hingga malam dihajar desing panas sang
fajar, aku belum juga terlelap. Tiba-tiba aku mengidap insomnia gara-gara
hadirnya foto si cantik itu. Senyumnya terus hidup di memoriku, wajahnya yang
indah terus menjerahi hatiku, dan tiba-tiba aku merasa jatuh cinta padanya! (Hal
: 105)
Ah
aku menjadi iri berat dengan sang penulis. Mengapa ia bisa membuat kalimat demi
kalimat yang berada didalam cerpen ini menjadi lebih hidup? Mengapa ia bisa
membuat setiap kalimat di cerita ini menjadi lebih kaya makna? Dan mengapa pak
Edi bisa menggabungkan kalimat-kalimat keren di cerita ini dengan
kalimat-kalimat yang lucu. Heran deh, kapan ya saya bisa seperti pak edi?
9. “Tamparan Tuhan.”
"Tuhan selalu tahu
membedakan, mana munajat yang berwelas kasih pada-Nya, mana munajat yang penuh
durja atas nama keterdzaliman, Tuhan tahu mana yang terbaik untukku, untukmu,
dan untuk yang lainnya, sebab itu Tuhan tak perlu memenuhi pintamu, pintaku, atau
pinta yang lainnya. Saat itu terjadi, kau begitu gahar memaki-maki Tuhan.
Bahkan Tuhan pun berani kau dzalimi atas nama keterdzaliman yang kau pelihara
dengan berdarah-darah..” (hal: 118-119)
#Plakk, gila cerpen ini benar-benar
menampar saya dan berhasil membuat saya nyadar diri. Seketika membaca cerita
ini, saya jadi malu sendiri. Teringat ketika saya terdzalimi dan malah
mendzalimi Tuhan.
Oh iya walau di cerpen ini ceritanya hanya
tertuju di satu dialog, tetapi cerpen ini mampu menguraikan berbagai pesan moral
yang terkandung didalamnya. Ini merupakan salah satu cerpen favorit saya, karna
apalah arti sebuah cerpen tanpa ada pelajaran berharga yang terkandung
didalamnya..
10. “Abah, I LOVE YOU”
Abah, kendati aku memang tak pernah bilang “sayang, cinta, dan bangga padamu”, tetapi sepenuh
hatiku amat sangat sayang padamu, cinta padamu, dan bangga padamu... (Hal:
133)
Duh Speechless seketika saya selesai membaca
cerpen ini..
Cerpen yang merupakan kisah nyata dari sang
penulis ini begitu menyentuh hati saya, dan membuat saya jadi teringat ayah dan
larangan-larangan kerasnya..
Dan teruntuk kalian yang merasa ayah kalian
jahat karna terlalu keras terhadap anda, cobalah baca cerpen ini dan renungkan
kembali maksud dan tujuan ayah kalian keras kepada anda.
So, untuk kalian yang masih mempunyai ayah.
Sayangi lah ayah kalian walaupun ayah kalian terlalu keras terhadap anda, karna
itu merupakan tanda sayang dan perhatian beliau kepada anda.
Jangan pernah merasa benci atau dendam,
kalian harus bersyukur karna beruntung kalian masih mempunyai ayah.
Jangan sampai menyesal ketika ayah sudah
tiada karna kesempatan mempunyai ayah tidak datang dua kali.
11. “Cerita
Sebuah Kemaluan.”
Sambil memperhatikan posturnya dengan seksama, aku
terpikir, mengapa tuhan hanya menyematkan satu kemaluan ya padaku? Juga
orangtuaku, adik-adikku, teman-temanku? (Hal : 133)
Pasti yang
ada dibenak kalian adalah “gilaaak ini cerita apa banget, otak kotooorrr!!!!”
hahaha..
Tapi jangan
asal nge-judge dulu ya, jangan hanya melihat paragraf depannya. Karna apa yang
kalian pikirkan diawal akan berbeda dengan kesimpulan yang didapat diakhir.
Bacalah
cerpen ini hingga tuntas, sehingga kalian akan menemukan alasan mengapa sang
penulis menceritakan tentang kemaluan dicerpen ini.
So, jangan
berprasangka buruk dulu ya..
12. “Munyuk!”
Ya Allah, inikah lelaki yang tadi pagi menyerapahiku
habis-habisan seolah aku bukan lagi manusia yang punya perasaan? (Hal: 145)
Ampun deh, suaminya benar-benar jahat dan tak
mempunyai perasaan..
Dan ampun deh si penulis ini mampu membuat
saya jadi emosi..
Ketika membaca cerpen ini, diparagraf awal
hingga diparagraf akhir beliau mampu membuat perasaan saya terhentak, sedih?
Iya, kesal? Iya, marah? Bangeeett!!
Beliau juga mampu membuat sang pembaca
terbawa alur cerita, seolah-olah sipembacalah yang mengalami kejadian
tersebut..
Ampun deh sama pak Edi..
13. “Lengking
Hati Seorang Ibu Yang Ditinggal Mati Anaknya (In Memoriam Lik Adnan).”
“Emak
belum sempat merawatmu, Nak, tapi kamu begitu saja meninggalkan emak, tinggal
sarungmu ini, Nak..” (Hal : 150)
Cerpen ini benar, Kasih sayang seorang ibu
memang tiada tara.
Tapi, mengapa saya merasa kurang pas ya dengan
judul cerpen ini?
Cerpen ini memang menceritakan tentang
seorang ibu yang ditinggal mati anaknya, tapi alur ceritanya berlanjut dengan
cerita anak yang ditinggal mati ibunya.
Dan cerita anak yang ditinggal mati anaknya
lebih mendominasi ketimbang cerita judul cerpen ini.
14. “Aku Bukan
Batu.”
Ah,
kutahu ini nggak adil sekali untyk egoku. Tuhan memang Yang Maha Kekal, tetapi
jika makna kekekalan (khalidina fiha abada) dalam kitab suci-Nya bermakna
kekekalan yang sementara, karena kekekalan sejati hanyalah hak-Nya, sungguh aku
berontak! (Hal: 163)
Cerpen ini
bercerita tentang seorang manusia yang mempertanyakan sebuah kekekalan. Tapi di
akhir ceritanya, cerpen ini tidak begitu jelas, dan seperti menggantung. Tapi seperti
biasa cerpen ini mempunyai begitu banyak pelajaran tentang hidup.
Bukankah kita
semua tahu bahwa manusia itu tidak kekal? Bukankah kita juga tahu bahwa
kekekalan semata-mata hanya milik Tuhan? So, untuk kalian yang masih bersikeras
bertanya-tanya mengapa manusia tidak kekal? Coba kalian baca kumcer ini, dan
temukan jawabannya...
15. “Si X,
Si X, And God.”
“Tuhan sedang mendengarkan obrolan kita.”
“Bagaimana kamu bisa tahu?”
“Tanyalah hatimu yang bernurani itu.”
“Caranya?”
“ayuk, shalat, ntar kamu kan merasakan kehadiran-Nya.”
(Hal : 179)
Cerpen ini
adalah cerpen tanpa narasi, keseluruhan ceritanya full dengan dialog.
Cara penyampaian
isi ceritanya begitu santai dan menarik, dan juga si penulis juga mampu
mengaduk-aduk perasaan si pembaca dalam cerpen ini. Dan seperti biasa, cerpen
ini kaya dengan pembelajaran berharga.
Dan teruntuk kalian
yang ingin belajar cara membuat cerpen tanpa narasi atau full dengan dialog,
cobalah baca cerpen ini dan ambil beberapa pelajaran berharga didalamnya.
Di dalam sebuah buku pasti ada kekurangan dan kelebihannya,
nah dalam kesempatan me-review buku ini saya ingin memberikan pendapat saya
tentang kekurangan dan kelebihan buku ini. Dan saya berharap pendapat saya ini
bisa diterima dan dijadikan pembelajaran. Hehe..
- Kekurangan: ada beberapa typo dalam cerpen didalamnya, tapi maklum lah
manusia kan gak luput dari kesalahan, ada cerpen yang sudah berulang-ulang kali
saya baca tapi masih saya tidak mengerti inti ceritanya, hiks.. (maaf pak maaf,
mungkin saya harus lebih sering baca buku). Lalu di dalam cerpennya begitu banyak bahasa
sastra yang rumit untuk saya tangkap maksud dan artinya karna maklum saja, saya
begitu asing dengan keberagaman bahasa sastra yang begitu banyak, hiks.
- Kelebihan: jengjeng (suara gitar ceritanya..) nah didalam buku ini ada
beberapa kelebihan yang saya kira sangat mencolok, yang pertama: buku ini
mengajarkan kita tentang keberagaman teknik penulisan cerita fiksi, lalu buku
ini juga memberikan contoh diksi yang pas dan klop didalam sebuah cerita,
kemudian buku ini juga menyindir para penulis-penulis preet supaya nyadar diri,
dan saya juga merasa tersindir karna saya juga sering melakukan dosa-dosa preet
ini, hufft. Tapi-tapi saya gak sedih loh, saya malah jadi semangat buat terus
menulis dengan baik dan benar. Dan yang terakhir buku ini merupakan
pembelajaran berharga tentang kehidupan yang bisa buat kita semua merenung atas
segala kesalahan yang kita perbuat dihidup ini.. (siapa ya mau masuk surga?
Siapa yang mau? Tobat woy tobat.. #apasih)
## Dan Teruntuk Pak Edi saya mengucapkan banyak Terima kasih
karna telah memberi saya buku ini secara gratis dan memberi saya kesempatan
untuk me-Review buku ini. Saya juga mohon maaf jika tulisan ini mempunyai
banyak kesalahan dan menyinggung pak Edi.
Assalamuallaikum
Wr.Wb